Industri farmasi Indonesia sedang memasuki era baru. Tidak hanya berfokus pada produksi obat generik, kini berbagai perusahaan, universitas, dan lembaga regulasi telah meluncurkan inovasi yang mendorong kemandirian sekaligus meningkatkan daya saing global. Dalam lima tahun terakhir, kita menyaksikan sejumlah terobosan yang menandai keseriusan Indonesia untuk menjadi pemain penting dalam bidang riset dan pengembangan obat.
Berikut adalah beberapa inovasi obat baru dan langkah strategis yang patut menjadi sorotan:
1. Formulasi Baru Obat TBC oleh Phapros
Pada tahun 2025, PT Phapros Tbk memperkenalkan obat anti-TBC dalam bentuk tablet salut selaput (OAT Kategori 1 Dosis Harian). Inovasi ini menjawab kebutuhan terapi TBC yang lebih mudah dikonsumsi dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam jangka panjang.
Phapros menargetkan mampu memenuhi hingga 38% kebutuhan nasional obat TBC. Dengan strategi ini, perusahaan tidak hanya mendukung program pemerintah dalam pemberantasan TBC, tetapi juga memperluas peluang ekspor produk farmasi Indonesia.
2. Teza: Obat Baru untuk GERD di Pasar Domestik
Tahun 2023 menjadi tonggak penting ketika Tegoprazan (dengan nama dagang Teza) resmi masuk ke Indonesia melalui kerja sama Kalbe Farma dan HK inno.N. Obat ini ditujukan untuk pasien GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), penyakit refluks asam lambung yang prevalensinya semakin tinggi di tanah air.
Hadirnya Teza memperlihatkan kesiapan Indonesia dalam menghadirkan terapi modern dengan efektivitas lebih baik dibandingkan obat golongan sebelumnya.
3. Kolaborasi Antibiotik Sintetis Anti-Sepsis
Masalah resistensi antibiotik adalah tantangan global. Pada 2025, BPOM bekerja sama dengan Recce Pharmaceuticals (Australia) untuk menghadirkan kelas baru antibiotik sintetis yang ditujukan melawan patogen penyebab sepsis.
Terobosan ini membuka jalan bagi Indonesia untuk lebih cepat mengakses obat mutakhir yang tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga mendukung visi kemandirian farmasi nasional.
4. Regulasi Baru untuk Produk Terapi Canggih (ATMP)
Inovasi tidak hanya hadir dari produk, tetapi juga regulasi. BPOM menerbitkan Peraturan No. 8 Tahun 2025 yang mengatur registrasi produk terapi advanced (Advanced Therapy Medicinal Products/ATMP). Regulasi ini menjadi pijakan bagi pengembangan terapi gen, terapi sel, hingga bioteknologi canggih di Indonesia.
Dengan adanya regulasi khusus, investor dan peneliti kini memiliki kepastian hukum untuk mengembangkan produk inovatif di dalam negeri.
5. Laboratorium Sistem Dispensasi Obat di ITB
Infrastruktur riset juga mengalami lonjakan. Pada 2024, Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Daewoong Biologics meresmikan Drug Delivery System Research Institute Laboratory. Laboratorium ini fokus mengembangkan teknologi penghantaran obat yang lebih efektif dan presisi.
Fasilitas ini membuktikan bahwa perguruan tinggi Indonesia siap berperan aktif dalam mendorong penelitian obat modern, sekaligus memperkuat jejaring global.
Menatap Masa Depan Farmasi Indonesia
Berbagai inovasi ini menandai pergeseran besar dalam industri farmasi tanah air: dari sekadar produsen obat generik menuju pusat riset, pengembangan, dan inovasi farmasi modern.
Dengan dukungan pemerintah, dunia usaha, dan akademisi, Indonesia tengah menapaki jalur strategis menuju kemandirian obat serta kontribusi nyata dalam kesehatan global.
Inovasi hari ini adalah investasi untuk masa depan—bagi kesehatan masyarakat, daya saing industri, dan kemandirian bangsa.
Referensi
- Fortune Indonesia. (2025). Phapros Rilis Obat TBC Baru Target Raih 38% Kebutuhan Nasional 2025.
- The Korea Economic Daily Global. (2023). HK inno.N launches GERD drug K-CAB in Indonesia.
- Antara News. (2025). Indonesia, Australia partners up to develop innovative antibiotic.
- Badan POM RI. (2025). Peraturan BPOM Nomor 8 Tahun 2025 tentang Produk Terapi Advanced.
- (2024). ITB’s New Lab Supports Drug Independence.